tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI – ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS – MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain |
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN |
utkampus : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net
NAMANYA cukup indah, tali putri. Orang Melayu menyebutnya “rambut putri”. Sebagian orang Sunda—terutama anak-anak—menyebutnya sebagai “emas-emasan”, sebagian lainnya memberi nama “sangga langit”. Sementara di masyarakat Barat, meski punya nama resmi dodder, tumbuhan ini lebih dikenal karena julukannya yang khas, seperti “si rambut malaikat” (angel’s hair) atau “si rambut setan” (devil’s hair).
Semua nama dan julukan itu tak lepas sebagai bagian dari upaya masyarakat di planet Bumi ini memberi identifikasi–baik dengan alasan mengagumi atau olok-olok–berdasarkan ciri-ciri penampilan tumbuhan ini. Dilihat dari cirri fisiknya, tali putri yang bernama ilmiah Cuscuta sp atau sinonim lainnya sebagai Cassytha capillaris dan Cassytha filiformis, memang memiliki bentuk seperti tali, mirip mi spaghetti. Warnanya yang kuning keemasan akan tampak cemerlang jika mendapat sinar Matahari sehingga cukup menarik perhatian, meski dari jarak yang relatif jauh.
Kehadirannya dalam bentuk tumpukan atau menumpang di atas tanaman perdu (biasanya tanaman pagar) dan semak-semak yang berwarna hijau akan menciptakan kontras tersendiri. Tumpukan yang ditandai dengan sulur yang berjurai-jurai terlihat laksana rambut berwarna keemasan yang menghiasi tumbuhan perdu atau semak. Banyak orang tertarik karenanya. Anak-anak sering menjadikan tali putri sebagai bahan mainan. Dengan seluruh daya tariknya, tali putri pun bisa tampil bak putri nan genit.
Namun, di balik sifat genitnya, tali putri sesungguhnya punya sifat merugikan. Ya, kehadirannya “menumpang” di atas tumbuhan perdu atau semak bukanlah karena ia “disukai” sang tanaman inang. Bukan pula kehadirannya yang bak hiasan itu karena ada kerja sama atau simbiosis mutualisme (saling menguntungkan) antara tali putri dengan tumbuhan inangnya. Yang terjadi adalah sebaliknya, “menumpangnya” tali putri di atas tumbuhan inang karena ia “tengah menjajah” tumbuhan lain melalui pola hubungan simbiosis parasitisme. Tali putri memang tumbuhan parasit yang bisa membunuh inangnya.
Di awal kehadirannya bersimbiosis dengan tumbuhan inang, tali putri hanya membelit, melilit, dan kemudian sedikit mengisap saripati makanan dari tumbuhan inang. Kebutuhan nutrisi, air, dan mineral untuk melanjutkan kehidupannya ia gantungkan pada tumbuhan inang. Namun, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhannya, tali putri tak hanya “sedikit menghisap” nutrisi sang inang. Ia juga akan bersaing memperebutkan ruang dan jatah cahaya matahari. Yang semula hanya melilitkan sulurnya pada bagian batang bawah tumbuhan inang, secara perlahan ia akan bergerak naik dan secara bergerombol “hinggap” dan menutupi tumbuhan inang.
Akibat “perbuatan” tali putri, tak sedikit tumbuhan yang menjadi inangnya hidup meranggas. Sebagian lainnya malah mengering, lalu mati. Jika kebetulan tumbuhan yang dijadikan inang tali putri termasuk tanaman komoditas penting yang diusahakan petani, seperti tomat, kehadiran tali putri sangatlah merugikan. Produktivitas bisa turun dan petani akan mengalami kerugian ekonomi yang cukup berarti. Di Amerika Serikat, tali putri tergolong parasit yang diwaspadai dan masuk dalam daftar “sepuluh gulma utama” musuh Departemen Pertanian AS (USDA).
Sulit dikendalikan
Tali putri tersebar di kawasan tropik dan ditemukan tumbuh pada beberapa tanaman perdu dan semak yang rendah, baik semak belukar maupun lapangan terbuka pada daerah pantai atau jauh dari pantai. Tumbuh tidak teratur dan dapat menutup tumbuhan inang (host) hingga tidak kelihatan sama sekali. Batangnya berbentuk bulat seperti benang, lemah, bercabang, dengan diameter kurang dari 0,5 mm, berwarna cokelat muda kekuningan, panjangnya bervariasi, bisa mencapai 3-8 meter, melekat pada tumbuhan lain dengan alat pengisap. Daunnya berupa sisik kecil. Sedangkan bunganya juga berukuran kecil, berwarna putih kekuningan, berkumpul berbentuk bulir dengan panjang 2-5 cm. Buahnya berbentuk bulat, berdaging, dengan diameter 3-7 mm. (dr. Setiawan Dalimartha, “Atlas Tanaman Obat Indonesia”, Puspa Swara, 2006)
Tiap tahun tali putri menghasilkan biji yang jatuh ke tanah dan berkecambah dalam tanah. Tali putri muda panjangnya 2-4 inci, yang tumbuh dan bergerak ke arah inang. Pada musim panas dan gugur atau musim kemarau di Indonesia, tali putri menghasilkan bunga-bunga berukuran kecil berwarna putih. Bunga ini memproduksi dua sel kapsul buah yang meretak dan melepaskan 1-4 biji, di mana tiap bijinya bisa menghasilkan tumbuhan baru tiap tahun.
Sebagian berpendapat, tali putri tidak memiliki zat hijau daun (klorofil) setelah ia menggantungkan seluruh hidupnya pada tumbuhan inang. Namun, berdasarkan sejumlah studi diketahui, tumbuhan tersebut memiliki klorofil pada tunas, buah, dan batangnya. Penyebarluasan biji tali putri bisa melalui sisa panen yang berpindah, aliran air irigasi, disebarkan langsung oleh manusia, atau bersama-sama dengan sisa pembuangan semak atau gulma. Tali putri juga memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan lingkungan. Bijinya mampu “tidur” atau dormansi selama lima tahun dalam tanah, menunggu kondisi yang baik untuk pertumbuhannya.
Tumbuhan yang bisa diserang bukan hanya semak-semak belukar atau tumbuhan pagar, tapi juga tanaman hias seperti dahlia, krisan, atau helenium. Jika kebetulan menjumpai tali putri pada tanaman hias, sebaiknya segera dibasmi ketika masih belum berkembang biak. Jika sudah berbiak banyak dan menutupi permukaan tumbuhan, pengendaliannya menjadi lebih sukar. Tali putri termasuk parasit yang bandel karena sulit dibasmi jika tidak dibasmi sekaligus bersama tumbuhan inangnya. Dengan demikian, tali putri bukan saja “si genit yang parasit”, tapi juga bisa dapat julukan baru, “si genit yang bandel”.
Meski demikian, di luar sifatnya sebagai parasit, tali putri ternyata juga bisa dimanfaatkan. Menurut Dr. Setiawan Dalimantha, alat pengisap yang sering merugikan tumbuhan inang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit kanker. Rasanya manis agak pahit, sejuk, dan beracun. Herba ini masuk meridian hati dan ginjal, berkhasiat sebagai pembersih darah, pereda demam (antipiretik), antiradang, peluruh kencing (diuretic), dan penghenti pendarahan (hemostatis).
Tuhan memang Mahaadil, menciptakan setiap makhluknya dengan sempurna dan seimbang. Di balik sifat parasit satu tumbuhan, selalu tersedia potensi positif yang berguna bagi kehidupan. (Syarifah S.P./dari berbagai sumber).***
@
Pikiran Rakyat :11-1-2007
Setelah membaca wacana diatas baru na2 tau klau tumbuhan parasit pnya sisi positif,wlaaupun kebanyakan orang menilai bahwa tumbuhan parasit tumbuhan yang sangat merugikan……..
“si rambut malaikat” ini merupakan jenis tumbuhan parasit yang sangat indah karna bentuk bunganya yang cantik….
etzzzzzzzz….. kpan2 mbaca….
ku fikir cuma numpang ngeprin azzz….
keren ya tali putri……………………….tapi …
PARASIT ya tetap PARASIT !!!!Dasar tali putri parasIt !!!merugikan ……….kasihan donk tumbuhan inangnya…………
terimakasih bwt infonya……^_^, tapi, gimana caranya mengolah tali putri buat obat?
biarlah jangan usik itu juga makluk allah juga kan ……
hehehehehe
Sepertinya perlu diteliti lebih lanjut nih, biar pemanfaatannya lebih nyata…
WAh….wah….. kalo gitu memeng bener ya kalau makhluk-makhluk yang di ciptai allah itu memiliki manfaat positif dan negatif…
wah….wah….. baru kali ini aku tahu jika tumbuhan parasit itu juga memiliki manfaat yang positif……….
sama dong ama nama gua.. Aq jg putri..tp gak parrasit..
hahahahaha ketemu jga jawabannya