Pada dasarnya perbanyakan anggrek dapat dilakukan dengan biji yang disebut perbanyakan generatif atau menggunakan bagian tubuh dari tanaman yang biasa disebut sebagai perbanyakan vegetatif.
Pendahuluan
Anggrek adalah salah satu tanaman yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, karena bentuk dan warna bunga yang menarik serta sebagai bunga potong yang tahan lama.
Dalam taksonomi, anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae, suatu famili yang sangat bervariasi dan merupakan salah satu grup yang terbesar di antara tanaman berbunga di dunia. Famili ini terdiri dari 800 genus dan lebih dari 50.000 spesies anggrek alam yang ditemukan di seluruh dunia. Anggrek alam ini disebut juga sebagai anggrek spesies yang berasal dari daerah tropis dan sub tropis. Kurang lebih 5.000 spesies diantaranya terdapat di bumi Indonesia.
Beberapa genera yang dikenal secara komersial adalah Dendrobium, Phalaenopsis, Arachnis, Cymbidium, Cattleya, Vanda serta kerabatnya. Kecuali Catttleya, seluruh genera tersebut mempunyai daerah penyebaran di Asia Tenggara (Koay, 1980 dalam Widiastoety dan Farid, 1995).
Beberapa anggrek komersial tersebut terdapat di bumi Indonesia dalam jumlah yang sangat besar. Sebagai contoh Phalaenopsis dan Paphiopedilum yang ada di Indonesia masing-masing mencakup 55% dari seluruh jumlah spesies anggrek yang terdapat di dunia. Semua jenis anggrek Dendrobium yang bunga potongnya memiliki nilai amat komersial, apabila ditelusuri dengan seksama ternyata induknya berasal dari Indonesia, kecuali D. taurianum yang berasal dari Filipina. Jenis Dendrobium ini kebanyakan terdapat di Kepulauan Maluku dan Papua (Anonim, 1993).
Mengingat potensi pasar dan sumber daya alam yang sangat besar itulah maka seyogyanya tanaman anggrek ini memperoleh lebih banyak perhatian dari para penganggrek dan pecintanya. Perhatian itu salah satunya dapat diberikan dalam bentuk pengembangan teknik budidaya tanaman anggrek. Dan salah satu aspek budidaya yang merupakan kunci dalam pengembangan teknik tersebut adalah produksi bibit tanaman anggrek.
Jenis-jenis Anggrek
Menurut tempat tumbuhnya, anggrek dibagi menjadi :
Epifit
Anggrek tipe ini memiliki akar fungsional yang berjurai di udara sedangkan akar-akar yang menempel pada substrat atau media hanya berlaku sebagai jangkar untuk menahan tanaman agar tetap pada posisinya. Karena itu anggrek epifit tidak hanya menempel pada pohon lain tetapi dapat juga pada tebing-tebing tinggi. Termasuk kategori ini adalah Phalaenopsis.
Semi Epifit
Seperti halnya epifit, maka semi epifit juga tumbuh menempel di tempatnya. Hanya saja pada semi epifit sebagian sistem akarnya yang aktif juga berfungsi di bawah permukaan media sedangkan akar-akar yang aktif lainnya adalah akar udara. Termasuk kategori ini antara lain : Brassavola, Epidendrum, dan Laelia.
Terrestria
Anggrek ini adalah anggrek tipe tanah, hidup dan tumbuh di tanah, dengan tanah atau humus sebagai media. Ada dua jenis anggrek terrestria, yaitu :
Terrestria sejati, akar atau batang di dalam tanah yang bersama-sama seluruh sistem akarnya berada di dalam tanah. Termasuk kategori ini antara lain : Cryptostylis dan Habenaria.
Terrestria dengan umbi semu yang sebagian atau seluruhnya berada di atas tanah. Akar-akarnya pun tak begitu dalam memasuki tanah, melainkan berada dekat di bawah lapisan permukaan tanah. Termasuk kategori ini antara lain : Cymbidium dan Coelogyne.
Semi Terrestria
Anggrek ini juga masuk dalam tipe anggrek tanah. Meskipun demikian dibedakan dari terrestria karena tidak mempunyai bonggol atau umbi semu. Anggrek ini lebih tepat dikatakan tumbuh di atas permukaan tanah, dekat di bawah lapisan permukaan tanah. Termasuk kategori ini antara lain: Arachnis dan Vanilla (Satoto, 1991).
Menurut cara pertumbuhannya, anggrek dibagi menjadi:
Monopodial
Anggrek tipe ini hanya mempunyai satu sumbu utama. Artinya pertumbuhan ujung batangnya boleh dikatakan tidak terbatas. Anggrek-anggrek monopodial antara lain terdapat pada Arachnis spp., Ascocenda spp., Aeridachnis spp., Renanthera spp., dan Vanda spp.
Sympodial
Anggrek tipe ini memiliki pertumbuhan ujung-ujung batang yang terbatas. Pada awalnya sumbunya tumbuh dahulu, kemudian pertumbuhannya terhenti disusul munculnya tunas baru sebagai cabang di pangkal batang pertama, tumbuh, berhenti lagi pada tinggi tertentu, begitu terus berulang-ulang. Anggrek-anggrek sympodial terdapat pada Cattleya spp., Coelogyne spp. Dendrobium spp., dan Oncidium spp.
Perbedaan cara pertumbuhan ini sangat mempengaruhi cara perbanyakannya, baik secara generatif maupun vegetatif. Tanaman anggrek tipe monopodial tidak dapat disilangkan dengan anggrek tipe sympodial.
Berdasarkan kebutuhan suhu, tanaman anggrek dibedakan menjadi :
Tipe Dingin
Yaitu anggrek yang membutuhkan suhu malam yang berkisar antara 13?- 18?C, sedang suhu siang berkisar antara 18?- 21?C. Contohnya : Cymbidium dan Miltonia.
Tipe Sedang
Yaitu anggrek yang membutuhkan suhu malam yang berkisar antara 18?- 21?C, sedang suhu siang berkisar antara 21?- 24?C. Contohnya : Dendrobium, Cattleya, dan Oncidium.
Tipe Hangat
Yaitu anggrek yang membutuhkan suhu malam yang berkisar antara 21?- 24?C, sedang suhu siang berkisar antara 24?- 29?C. Contohnya : Arachnis, Aranthera, Renanthera, dan Vanda (Widiastoety dan Farid, 1995).
Syarat Tumbuh
Cahaya
Cahaya digunakan untuk mengkonversi CO2 dan zat-zat yang diberikan pada tanaman menjadi bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Gunawan (1999), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan terdiri atas intensitas cahaya, lama penyinaran serta kualitas sinarnya.
Pada umumnya anggrek pot seperti Cattleya, Vanda daun, Cymbidium, Phalaenopsis, dan Dendrobium membutuhkan cahaya lebih sedikit daripada anggrek tanah. Dapat dikatakan pula bahwa anggrek tanah dapat ditanam tanpa menggunakan peneduh, sebaliknya apabila anggrek pot ditanam tanpa peneduh maka akan menghanguskan daun dan pseudobulb-nya. Untuk praktisnya Cattleya, Vanda daun, dan Cymbidium membutuhkan 20-30% cahaya matahari penuh Phalaenopsis 10-15%, Oncidium 55-56% dan Dendrobium 50-60% cahaya matahari penuh.
Panjang hari, yaitu lamanya tanaman menerima cahaya dapat mempengaruhi pembungaan tanaman dewasa. Beberapa jenis Cattleya dan Phalaenopsis akan berbunga apabila ditumbuhkan pada keadaan hari pendek, yaitu penyinaran kira-kira 8 jam per hari. Ada beberapa jenis anggrek yang tidak dipengaruhi oleh lama penyinaran misalnya D. Jacquelyn Thomas atau D. Lady Hay. Vanda Joaquin paling baik mendapat penyinaran 10 jam per hari, apabila kurang dari 10 jam per hari, produksi bunga berkurang.
Kualitas sinar juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek. Pada umumnya di daerah tropis seperti Indonesia, cahaya putih dari matahari adalah terbaik.
Suhu
Beberapa spesies anggrek alam tumbuh di daerah pegunungan, hidup dan berkembang pada temperatur rendah yaitu antara 5? – 10?C. Anggrek-anggrek budidaya memerlukan temperatur 28? – 30?C dengan temperatur minimal 15?C. Apabila temperatur sama atau lebih tinggi dari 30?C maka kenaikan temperatur harus diimbangi dengan kelembaban udara yang tinggi serta aliran udara yang lancar. Pada suhu antara 10? – 15?C pertumbuhan anggrek sangat lambat, bahkan ada yang berhenti tumbuh dan berada dalam keadaan dorman (Gunawan, 1999).
Kelembaban
Menurut Widiastoety dan Farid (1995), kelembaban nisbi (RH) untuk anggrek berkisar antara 60? – 85?C. Fungsi dari kelembaban yang tinggi ini adalah untuk menghindari penguapan yang terlalu besar. Pada malam hari kelembaban tidak boleh terlalu tinggi, oleh sebab itu diusahakan agar media dalam pot tidak terlampau basah, sedangkan kelembaban yang sangat rendah pada siang hari dapat diatasi dengan cara pemberian semprotan (mist) di sekitar tempat pertanaman dengan bantuan sprayer.
Teknik Perbanyakan Anggrek
Pada dasarnya perbanyakan anggrek dapat dilakukan dengan biji yang disebut perbanyakan generatif atau menggunakan bagian tubuh dari tanaman yang biasa disebut sebagai perbanyakan vegetatif (Karjono, 1995). (lebih…)
Read Full Post »