Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘plasma nutfah’ Category

 

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbang) Departemen Pertanian tugasnya antara lain melakukan konservasi plasma nuftah tanaman buah-buahan. Tujuannya agar tanaman buah yang sudah langka ini jangan sampai punah karena sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Untuk itu, di Subang, Jawa Barat, telah dibangun sebuah kebun percobaan plasma nutfah yang sekaligus juga dikembangkan sebagai objek wisata. Kebun ini seluas 108,52 ha di Kelurahan Subang, Kabupaten Subang. Tepatnya di belakang asrama Batalyon Infanteri 312/Kala Hitam.

Di sini terdapat 58 komoditas terdiri dari 48 varietas dan 2.718 pohon. Selain untuk pelestarian tanaman buah-buahan, juga sangat memadai untuk berwisata, terutama di saat panen buah-buahan. Bahkan dijual pula bibit tanaman buah-buahan, tanaman obat yang telah dikemas dalam kantong plastik dengan harga Rp 10.000-Rp 50.000/kantong. Juga Tabulapot (tanaman buah dalam pot) yang harga-nya Rp 50.000-Rp 500.000/pot.

situshijau.co.id, 14 September 2003

Read Full Post »

(Semuel Leunufna)

Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura, Ambon

ABSTRACT

Strategic Use of the Bank Gene for the Conservation of Plant Germplasm. Semuel Leunufna. Convention on Biological Diversity held in Rio de Jenairo, Brasil, 1992, granted the right to posses and to manage the genetic resources to the countries in which the materials exist and evolve. This decision is surely beneficial for the diveloping/tropical countries which posses a great diversity of the biological resources, but at the same time it obligates them to participate actively in the conservation and sustainable use of the resources. Implementation of the Rio convention through ex situ conservation specificly through gene banks has been given a serious attention both by IPGRI and various nations in the world. Ex situ conservation through gene bank is useful as the back up to the in situ conservation and provides an easy means to access and to use the collected germplasm, beside its uses in the genetic improvement of the materials, readiness of the materials to be used in research, environmental restoration and recovery of genetic base in specific areas as well as in plant breeding. These benefits may be realized through a clear definition of the objectives followed by an effective implementation of an organizational structure and activities of the gene bank such as leadership, accession entry, reproduction, evaluation, collection, documentation and distribution. Furthermore, implementation of the results of Rio convention through ex situ conservation both nationally in several countries and internationally through the coordination of IPGRI as well as some challenges faced by Indonesia are discussed.

Key words: Genetic resources, bank gene, ex situ

Sejak berakhirnya konvensi biodiversitas di Rio de Jenairo, Brasil, 1992, plasma nutfah atau sumber daya genetik tidak lagi merupakan kekayaan dunia di mana setiap penduduk dunia dapat mengeksplorasi, mengklaim hak kepemilikan (mempatenkan) dan memanfaatkannya secara bebas, akan tetapi merupakan kekayaan setiap negara di mana sumber daya genetik itu berada dan berkembang (sebagai aset nasional tiap negara). (lebih…)

Read Full Post »

(Sri Astuti Rais)

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor

ABSTRACT

Germplasm as a Source for Developing New Elite Varieties of Groundnut. Sri Astuti Rais. Germplasm is one of the important resource, other than soil, water and air, that must be kept to conserved. It contain a lot of valuables traits that will be very useful for facilitating plant improvement. A high variability inside of this germplasm can be used for developing new varieties which have a specific character in its own such as tolerance to disease, tolerance to aluminum toxicity, drought tolerance, tolerance to shading, variety which has short-day maturity and high nutritional quality. Until 2002, gene bank of ICABIOGRAD-Bogor, already conserve 1146 accessions of groundnut. It consist of 176 accessions of introduced varieties, 374 accessions of local varieties, 2 accessions of wild species, and 565 accessions of breeding-lines derived from breeding population conducted in Bogor and Sukamandi. Evaluation of groundnut germplasm has been conducted in Bogor and RILET-Malang, and the results showed that 20 accessions are tolerance to acid soil, 30 accessions are drought tolerance, 26 accessions are tolerance to shading, 18 accessions have a short-day maturity, 51 accessions are tolerance to Bacterial wilt (Pseudomonas solanacearum), 43 accessions are tolerance to Rust disease (Puccinia arachidis), 25 accessions are tolerance to Leaf spot (Cercospora sp.), 31 accessions have protein content 32-34%, and 25 accessions have a high oil content (more than 45%). These selected germplasm can be recommended to be used as a parents for groundnut breeding program in Indonesia.

Key words: Groundnut, germplasm, source

Plasma nutfah adalah sumber daya alam keempat di samping sumber daya air, tanah, dan udara yang sangat penting untuk dilestarikan. Pelestarian plasma nutfah sebagai sumber genetik akan menentukan keberhasilan program pembangunan pangan. Kecukupan pangan yang diidamkan akan tergantung kepada keragaman plasma nutfah yang dimiliki karena pada kenyataannya varietas unggul, yang sudah, sedang, dan akan dirakit (lebih…)

Read Full Post »

Perubahan iklim merupakan topik yang hangat dibicarakan saat ini baik oleh masyarakat, pengambil keputusan dan para pakar. Salah satu alasan mengapa perubahan iklim perlu mendapat perhatian yang cukup besar adalah karena perubahan iklim global yang disebabkan antara lain oleh pemanasan global, mempunyai pengaruh pada sistem hidrologi bumi, yang pada gilirannya berdampak pada struktur dan fungsi ekosistem alami dan kehidupan manusia. Dampak yang mudah terlihat adalah frekuensi dan skala banjir serta musim kering yang panjang, yang terjadi di banyak bagian dunia, termasuk Indonesia.

Dalam pernyataannya menyambut Hari Keanekaragaman Hayati Dunia yang diperingati setiap tanggal 22 Mei 2007, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Ir. Rachmat Witoelar mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, perubahan iklim juga telah dirasakan berdampak pada pertanian, ketahanan pangan, kesehatan manusia, dan pemukiman manusia, lingkungan, termasuk sumber daya air dan keanekaragaman hayati. “Akibat nyata dampak perubahan iklim terhadap spesies sebagai komponen keanekaragaman hayati adalah berupa perubahan dalam kisaran penyebaran, meningkatnya tingkat kelangkaan, perubahan waktu reproduksi, dan perubahan dalam lamanya suatu musim tanam,” ujarnya. (lebih…)

Read Full Post »

Eksplorasi

    1. Eksplorasi adalah kegiatan mencari, mengumpulkan, serta meneliti jenis varietas lokal tertentu (di daerah tertentu) untuk mengamankan dari kepunahannya. Langkah ini diperlukan guna menyelamatkan varietas-varietas lokal dan kerabat liar yang semakin terdesak keberadaannya, akibat semakin intensifnya penggunaan varietas-varietas unggul baru. Kegiatan eksplorasi sebaiknya dilakukan di daerah sentra produksi, daerah produksi tradisional, daerah terisolir, daerah pertanian lereng-lerang gunung, pulau terpencil, daerah suku asli, daerah dengan system pertanian tradisional/belum maju, derah yang masyarakatnya menggunakan komoditas yang bersangkutan sebagai makanan pokok, daerah epidemik hama/penyakit, serta daerah transmigrasi lama dan baru.
      Dalam lima tahun terakhir, telah dilakukan serangkaian kegiatan eksplorasi ke Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Irian Jaya, Kabupaten Sukabumi dan Lebak (Jawa Barat) (tahun 1998/1999), Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Riau dan Kabupaten Sukabumi (Jawa Barat) (tahun 2000), Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur (2001), Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan (2002), Provinsi Sulawesi Tenggara (2003), serta Provinsi Kalimantan Timur dan Jawa Barat (2005). (lebih…)

Read Full Post »


Edisi Pertama Tahun 2004

ISBN 979-3919-01-9

Penyusun:

Hakim Kurniawan, Ida Hanarida Somantri, T. Sudiaty S., Sri Gajatri B., Hadiatmi, Asadi
Nurwita Dewi, Sri Astuti Rais, Nani Zuraida, Minantyorini, Tintin Suhartini, Mamik Setyowati

Penerbit:
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Bogor

Plasma nutfah merupakan bahan genetik yang memiliki nilai guna, baik secara nyata maupun yang masih berupa potensi. Wilayah Indonesia yang membentang luas dengan kondisi geografi dan ekologi yang bervariasi telah menciptakan keanekaragaman plasma nutfah yang sangat tinggi. Tingginya tingkat keanekaragaman plasma nutfah tersebut telah memberikan peluang untuk mendapatkan manfaat yang tinggi pula. Dengan tingginya keanekaragaman plasma nutfah, maka terbuka peluang yang besar pula bagi upaya mencari dan memanfaatkan sumber-sumber gen penting yang ada untuk program pemuliaan. Oleh karena itu, tingginya keanekaragaman plasma nutfah memiliki aspek yang sangat penting untuk dipertahankan. (lebih…)

Read Full Post »

Koleksi plasma nutfah pertanian BB-Biogen terdiri atas:

Plasma nutfah tanaman pangan, sebanyak 10.592 aksesi (23 komoditas). Perincian banyaknya koleksi masing-masing komoditas adalah sebagai berikut:

Konservasi benih ortodoks plasma nutfah tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, sorgum dan kacang-kacangan) dilakukan secara:

    • metode penyimpanan di ruang dingin dengan kondisi suhu 14 sd. 18 derajat Celcius untuk penyimpanan jangka pendek (short term).
    • penyimpanan di dalam cold storage dan chiller bersuhu 0 sd. -5 derajat Celcius untuk penyimpanan jangka menengah (medium term).
    • penyimpanan di dalam freezer bersuhu -18 sd. -20 derajat Celcius untuk penyimpanan jangka panjang (long term).
Penyimpanan jangka pendek
Penyimpanan jangka menengah
Penyimpanan jangka panjang

Untuk plasma nutfah ubi-ubian (ubikayu, ubijalar dan ubi-ubian minor), konservasi dilakukan dalam bentuk tanaman di lapang (field gene bank) .

Field gene bank ubikayu
Field gene bank ubijalar
Field gene bank ubi-ubian minor

(lebih…)

Read Full Post »

(Sumber: Seri Mengenal Plasma Nutfah Tanaman Pangan, oleh: Ida Hanarida Somantri, Maharani Hasanah, Soenartono Adisoemarto, Machmud Thohari, Agus Nurhadi & Ida N. Orbani. Komisi Nasional Plasma Nutfah)


Pendahuluan

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi, termasuk keanekaragaman plasma nutfah pada taraf di dalam spesies. Plasma nutfah atau sumberdaya genetik adalah bahan dari tumbuhan, hewan, dan/atau jasad renik, yang mempunyai fungsi dan kemampuan mewariskan sifat. Sumber daya ini sebagian telah dimanfaatkan secara nyata antara lain padi, pisang, kecipir, melati, lada, ayam, dan masih banyak lagi yang belum dimanfaatkan.
Walaupun plasma nutfah sudah dimanfaatkan, perhatian manusia terhadap keberadaannya masih sangat terbatas. Rendahnya perhatian ini disebabkan oleh kurangnya kegiatan untuk memperkenalkan plasma nutfah kepada masyarakat luas. Untuk itu diperlukan metode yang tepat, guna memberikan pemahaman kepada masyarakat.
Plasma nutfah merupakan bahan dasar untuk merakit varietas unggul yang mempunyai sifat-sifat di antaranya produktivitas tinggi, tahan hama-penyakit, dan mutu yang sesuai dengan selera masyarakat. Untuk merakit varietas unggul diperlukan keanekaragaman plasma nutfah, maka kelestariannya harus selalu dijaga.
“Semua yang hidup berasal dari yang hidup” merupakan asas penurunan makhluk dari generasi ke generasi. Setiap menurunkan generasi berikutnya, mutu sifat akan diwariskan. Tampilan dari mutu sifat tersebut diatur oleh gen.
Tanaman pangan meliputi padi, jagung, sorgum, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, ubi jalar, ubi kayu, kacang-kacangan minor (kacang tunggak, kacang koro), dan ubi-ubian minor (uwi, garut, balitung, talas, gadung, dan gembili). (lebih…)

Read Full Post »

karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net


Oleh: Soenartono Adisoemarto
Yayasan NATURINDO dan Kelompok Kerja Inisiatif Nasional Taksonomi Indonesia
(Pokja INTI), Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)

Biota dunia sangat beraneka ragam dalam macamnya, dan untuk memudahkan pengelolaannya, manusia telah mengelompokkannya dalam suatu klasifikasi. Pengelompokan ini dimungkinkan karena unit-unit biota mempunyai hubungan kekerabatan sebagai hasil perkembangan evolusi hayatinya. Dampak dari perkembangan ini memudahkan pengelompokan unit-unit biota kedalam kategori yang sesuai peringkat atau hierarkinya. Penentuan hierarki ini penting, oleh karena itu diperlukan suatu upaya pemahamannya. Pengetahuan terhadap ketentuan hieraki saja belum cukup, karena kategori yang tersusun mengikuti hierarkinya harus dikenal dengan namanya. Oleh karena itu pengaturan nama unit-unit biota juga penting untuk diketahui.

Secara baku dan berlaku pada taraf universal telah disusun aturan dalam klasifikasi untuk unit-unit biota alami, artinya yang tidak mendapat perlakuan oleh manusia. Sebagai contoh, secara alami dikenal spesies-spesies padi yang telah disusun dalam klasifikasi baku dalam Genus Oryza (Tabel 1). Pengenalan terhadap susunan ini berlangsung secara taat asas untuk seluruh dunia. Dari spesies-spesies ini, dua di antaranya telah dikembangkan oleh manusia, yaitu O. sativa dan O glaberrima, sehingga di dalam masing-masing spesies ini telah terbentuk unit-unit dengan bermacam-macam peringkat yang tidak selalu menunjukkan kategori baku. Kategori atau kelompok unitnya menduduki hierarki yang tergantung pada hasil perlakuan manusia terhadap unit-unit yang bersangkutan. Telah dikenal padi rojo lele, bareh solok, bengawan, cisadane, IR 56, “si empat” dan lain-lainnya, tetapi apakah padi-padi tersebut menduduki hierarki yang sama? Kategori apa yang telah ditetapkan untuk unit-unit tersebut pun belum didasarkan aturan yang baku.

Hal yang sama terjadi pula pada unit biota lainnya, misalnya jagung, gandum, kedelai, buah-buahan seperti mangga, rambutan, durian, dan duku. Pada hewan dan ternak permasalahan seperti ini pun ditemui. Permasalahan ini terjadi karena perkembangan keanekaragaman unit-unit yang terbentuk itu tidak disebabkan oleh proses alami, tetapi secara artifisial, sepenuhnya tergantung campur tangan manusia. Agar permasalahan ketentuan peringkat dan pengenalan kategori di bawah spesies dan nama masing-masing unit yang bersangkutan itu dapat dipastikan, diperlukan suatu cara untuk melakukan pemastiannya.

(lebih…)

Read Full Post »

karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

 
Oleh: Muhammad Jusuf
(Pusat Penelitian Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor )

Kita semua menyadari tentang pentingnya plasmanutfah untuk pemuliaan atau pembangunan Pertanian, sehingga kita mentyetujui bahwa kekayaan plasmanutfah merupakan kekayaan yang perlu dipelihara. Namun bagaimanakah mengartikan kekayaan tersebut, dan apa yang harus dipelihara dari kekayaan tersebut. Dalam pengertian kekayaan plasmanutfah mungkin terdapat beragam pemahaman yang mungkin juga akan berdampak kepada pembuatan kebijakan dalam penelitian dan pengelolaan plasmanutfah.
Dalam konteks koleksi plasmanutfah sering kita disuguhi daftar aksresi yang terdapat dalam koleksi tersebut, yang membawa kepada bayangan bahwa jumlah total aksesi sebagai kekayaan koleksi tersebut. Padahal sebetulnya kekayaan dari suatu koleksi plasmanutfdah terletak pada keragaman genetik dari koleksi tersebut. Sehingga yang perlu dilihat bukan jumlah total aksesinya, namun berapa banyak alel yang dikandung oleh koleksi tersebut
Dalam tulisan ini akan diuraikan mengenai pengertian kekayaan plasmanutfah dan bagaimana memeliharanya. Kegiatan eksplorasi, inventarisai & evaluasi, serta konservasi merupakan usaha pengkayaan serta pemeliharaan plasmanutfah. Pembahasan lebih mengarah kepada plasmanutfah tanaman.
(lebih…)

Read Full Post »

karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

Diperkirakan sekitar 30 000 tumbuhan ditemukan di dalam hutan hujan tropika, dan sekitar 1 260 spesies di antaranya berkhasiat sebagai obat. Baru sekitar 180 spesies yang telah digunakan untuk berbagai keperluan industri obat dan jamu, tetapi baru beberapa spesies saja yang telah di budidayakan secara intensif (Supriadi, 2001).
Menurut Ong (2000) sudah sejak lama bangsa Indonesia mengenal khasiat berbagai ragam jenis tanaman sebagai sarana perawatan kesehatan, pengobatan serta untuk mempercantik diri yang selama ini dikenal sebagai jamu. Dikalangan internasional, jamu dikenal dengan istilah Herbs yang berasal dari bahasa latin Herba yang berarti rumput, tangkai, tangkai hijau yang lunak dan kecil dan agak berdaun.
Di Amerika Serikat menurut Pramono (2001), dari 45 macam obat penting berasal dari tumbuhan obat tropika, 14 spesies barasal dari Indonesia diantaranya obat anti kanker vinblastin dan vincristine yang berasal dari tapak dara (Catharanthus roseus) dan obat hipertensi reserpine yang berasal dari puleai pandak (Rauvolfia serpentina).
Contoh dari tanaman obat yang berkhasiat untuk perawatan (promotif) yang sejak dulu sudah dipergunakan adalah:

  1. Daun katuk (Sauropus androgynus) yang mengandung protein, dan mineral serta berguna untuk memperlancar ASI.
  2. Daun Urang-aring (Ecliptae folium) yang mengandung alkaloid antara lain yang berguna untuk perawatan rambut.
  3. Daun beluntas (Pluceae indicae folium) yang mengandung minyak atsiri dan berguna untuk menghilangkan bau badan atau keringat tidak sedap.
    Sedangkan contoh tanaman obat yang berkhasiat untuk pengobatan (kuratif) adalah:

    1. Kulit batang kina (Cinchonae cortex) yang mengandung alkaloid kinina, kidinina, sinkonina dan lain-lain berguna untuk obat malaria.
    2. Akar pulai pandak (Rauvolfia radix) yang mengandung alkaloid reserpin dan berguna untuk penurun tekanan darah tinggi.
    3. Umbi bawang putih (Allii sativi bulbus) yang mengandung minyak atsiri yang berguna untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan penurun tekanan darah tinggi.

(lebih…)

Read Full Post »

karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net



Oleh: Indrawati Gandjar
(Program Pascasarjana Program Studi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia)

Abad ke XXI sering disebut abad bioteknologi dan biologi molekular, yang diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan kesejahteraan manusia. Pengertian kesejahteraan tersebut luas sekali, yaitu dapat langsung maupun tidak langsung, dan berkaitan dengan semua mahluk hidup. Secara makro mikrobiologi berperan dalam empat lingkup: (1) Pangan dan Gizi, yaitu meningkatkan produksi pertanian, menghasilkan biopestisida, biofertilizers, mengawasi post harvest control, meningkatkan kualitas makanan dan minuman fermentasi yang bergizi, dan novel foods. (2) Kesehatan, untuk memproduksi vaksin, antibiotik, dan senyawa-senyawa bioaktif lainnya. (3) Industri, untuk produksi enzim-enzim, senyawa-senyawa kimia seperti bioetanol, biogas, senyawa-senyawa bioaktif, dan sebagai biotransformator. (4) Lingkungan, untuk bioremediasi air, tanah, laut, dan udara yang terpolusi.
Otonomi daerah harus menaruh perhatian serius terhadap kelima faktor tersebut, sebab tidak dapat diingkari bahwa factor ekonomi sangat erat berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan meningkatkan pendapatan masyarakat dari sumber lain yang belum tergali, pemerintah daerah dapat mensurvai terlebih dahulu kemungkinan-kemungkinan bahan atau substrat lokal yang dapat dimanfaatkan atau dikembangkan secara mikrobiologis.
Bioteknologi meliputi disiplin biologi molekular, mikrobiologi, genetika, biokimia, dan yang terpenting rekayasa untuk menghasilkan produk-produk spesifik yang menghasilkan uang dan bermanfaat untuk masyarakat (Ratledge, 1992; Sasson, 1998). Bioteknologi dapat dikelompokkan ke dalam low level biotechnology, middle level biotechnology, dan high level biotechnology.

(lebih…)

Read Full Post »

karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

PENDAHULUAN

Setiap kali dinyatakan betapa kaya Indonesia dalam keanekaragaman hayati. Angka demi angka telah disebutkan untuk berbagai kelompok biota. Angka-angka ini juga disebutkan terhadap biota di seluruh dunia, dan untuk bagian-bagian bumi, negara, serta kawasan-kawasan yang lebih rinci. Pernyataan-pernyataan tersebut tentunya didasarkan suatu pertimbangan atau perhitungan. Perhitungan dan pertimbangan inilah yang perlu disimak, agar dapat diyakini apakah pernyataan-pernyataan yang diberikan mengenai kekayaan hayati ini telah menggunakan dasar yang jelas dan nyata. Perhitungan ini telah banyak dilakukan pada taraf spesies, dan juga terhadap taraf-taraf lainnya, termasuk keanekaragaman pada taraf sumber daya genetik atau plasma nutfah). Walaupun demikian, masih banyak pihak yang belum mengetahui cara, yaitu metode dan mekanisme, yang digunakan dalam penghitungan tersebut.
Adanya metode penghitungan keanekaragaman hayati perlu diketahui oleh masyarakat, agar masyarakat dapat menentukan sikap apakah angka-angka yang dikemukakan dalam pernyataan mengenai kekayaan hayati itu benar dan berdasar. Sikap ini penting artinya dalam pengelolaan keanekaragaman hayati yang bersangkutan, sehingga dalam pengelolaan ini dapat dicapai hasil yang efektif. Ungkapan akan kekayaan yang didasarkan kebenaran yang diperoleh dari penghitungan dan pertimbangan yang benar akan menentukan kebijakan baik pelestarian maupun pemanfaatan secara berkelanjutan komponen-komponen keanekaragaman hayati dalam berbagai taraf. Dengan kebijakan yang tepat akan dapat dikembangkan suatu perencanaan dan kegiatan pelaksanaannya dengan tepat pula (lebih…)

Read Full Post »

karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

 
Oleh: Dr. Machmud Thohari
(Pusat Penelitian Bioteknologi IPB/ KOMNAS Plasma Nutfah)

Era otonomi daerah telah menjadi semangat kerja bagi seluruh unsur pemerintahan daerah maupun segenap lapisan masyarakat. Semua pihak telah meyakini bahwa atmosfir otonomi daerah merupakan sistem yang lebih baik dibandingkan dengan pemerintahan yang terpusat (sentralistik) untuk mempercepat pembangunan di daerah. Hal ini didasarkan pada luasnya wilayah negara Republik Indonesia serta kebhinekaan masyarakat dan beranekaragamnya budaya.
Demikian pula dengan plasma nutfah yang terkandung dalam berbagai spesies flora dan fauna di berbagai daerah di Indonesia yang telah termasyhur dengan keanekaragamannnya yang tinggi, perlu diberdayakan secara optimal di setiap daerah. Persebaran plasma nutfah terdapat di daerah-daerah, yang mana merupakan kekayaan masyarakat daerah.
Masalah yang dihadapi adalah bahwa belum banyak daerah yang telah menyadari dan memahami dengan baik tentang arti, fungsi dan pentingnya plasma nutfah. Hal ini meliput aspek pengetahuan dan cara pandang di kalangan masyarakat maupun pejabat pemerintahan. Dengan demikian plasma nutfah yang seharusnya merupakan kekayaan yang sangat tinggi nilainya ternyata belum disadari keberadaannya di beberapa daerah. Akibatnya sebagian plasma nutfah berada dalam status terancam punah, bahkan mungkin diantaranya telah benar-benar punah. Di sisi lain negara-negara tetangga kita dan negara-negara maju tergiur dengan kekayaan plasma nutfah yang berada di berbagai daerah itu, sehingga dengan berbagai dalih mereka telah mengambilnya (dengan kita sadari maupun tidak kita sadari) untuk dibawa dan dikembangkan di negara mereka untuk keuntungan mereka sendiri, tanpa kita memperoleh keuntungan sama sekali.
Untuk itulah maka merupakan suatu keharusan pengelolaan plasma nutfah pada taraf daerah harus sesegera mungkin dapat dilakukan tanpa ada penundaan lagi. Implikasinya adalah perlu segera disiapkan elemen-elemen di daerah yang diperlukan dalam pengelolaan plasma nutfah, baik meliputi perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Dari segi sumber daya manusia, pada taraf akademisi dan peneliti yang terkait bidangnya dengan plasma nutfah, telah terdapat di setiap propinsi, yang mana mereka merupakan kelompok yang telah memiliki pengetahuan cukup tentang perplasma nutfahan. Sedangkan keadaan SDM di luar kelompok itu pada umumnya belum memiliki pengetahuan cukup tentang plasma nutfah. (lebih…)

Read Full Post »

Older Posts »