Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘lidah buaya’ Category

Asumsi Teknik BudidayaUntuk penyusunan analisa keuangan budidaya lidah buaya diperlukan adanya beberapa asumsi mengenai teknik budidaya yang digunakan. Asumsi teknik budidaya tersebut disajikan dalam Tabel 5.1 dan dianggap sebagai asumsi yang moderat untuk mencapai produksi optimum (Aspek Produksi).

Biaya Investasi

Biaya investasi budidaya lidah buaya disajikan dalam Tabel 5.2. Biaya tersebut mencapai Rp 16.265.000, terdiri dari Rp 10.572.250 yang perlu dipinjami oleh Bank dan Rp 5.692.750 yang diharapkan dapat dibiayai sendiri oleh petani. Di antara komponen biaya investasi, biaya sewa lahan merupakan biaya yang diperhitungkan karena pada kenyataannya petani merupakan pemilik lahan.

Biaya Modal Kerja

Biaya modal kerja terdiri dari biaya yang dikeluarkan sebelum tanaman menghasilkan dan yang dikeluarkan setelah tanaman menghasilkan. Untuk perhitungan biaya ini, tanaman dianggap baru menghasilkan di bulan ke-11. Selanjutnya umur tanaman menghasilkan diperhitungkan sampai dengan tahun ke-5. Peremajaan dilakukan pada tahun ke-6 karena pada umur tersebut tanah untuk pembumbunan dianggap terlalu tinggi untuk dipindahkan dari bidang tanam antar bedengan dan ini berarti akan meningkatkan biaya. Selain itu, pada umur tanaman 6 tahun, jika pembumbunan kurang memadai, tanaman akan rebah dan hal ini dapat merusak daun karena menyentuh tanah.

[selanjutnya baca…]

Read Full Post »

LOKASI USAHA

Yang dimaksud dengan lokasi usaha di sini adalah persyaratan kesesuaian agro-klimat untuk tanaman lidah buaya. Tanaman lidah buaya tumbuh baik di wilayah bersuhu rata-rata 28 – 32 oC dengan kondisi tempat yang terbuka (tanpa naungan). Tanaman ini tergolong ke dalam tanaman yang tahan kekeringan, didukung oleh kemampuannya menyimpan air dalam daunnya yang tebal akibat stomatanya yang tertutup rapat untuk mengurangi penguapan di musim kering. Di wilayah yang bercurah hujan tinggi, tanaman ini rentan terhadap serangan cendawan Fusarium sp. di pangkal batangnya.

Tanaman ini dapat tumbuh baik di dataran rendah dan di dataran tinggi asalkan tanahnya subur, gembur, dan kaya bahan organik, dengan pH ideal 5.5-6. Karena itu, tanaman lidah buaya dapat tumbuh memuaskan baik di tanah mineral maupun di tanah organik. Dengan sifat perakarannya yang dangkal, kesuburan yang cukup di lapisan olah sedalam 30 cm dipersyaratkan untuk pertumbuhan yang memuaskan dari tanaman ini. Tanah yang ringan (berpasir) perlu diperbaiki dengan pupuk organik, demikian pula jika tanah berat (liat) agar menjadi lebih sarang. Drainase yang jelek (penggenangan) tidak disenangi oleh lidah buaya.

Di Kalimantan Barat, khususnya Kota Pontianak yang berjenis tanah gambut, keberhasilan pertumbuhan lidah buaya diduga akibat praktek budidayanya yang menambahkan pupuk kandang dan abu ke dalam tanah atau keberhasilan tanaman asal Afrika itu beradaptasi di tanah setempat. Perluasan areal tanaman ini ke luar wilayah Kota Pontianak sebagaimana yang direncanakan oleh Pemerintah Daerah tampaknya perlu kehati-hatian karena pernah dilaporkan bahwa pertumbuhan lidah buaya asal Pontianak di luar daerah tersebut menghasilkan pertumbuhan tanaman yang kurang memuaskan. Lebih jauh, pembukaan perkebunan secara besar-besaran (seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 1) memerlukan dukungan kegiatan penelitian dan pengembangan yang lebih akurat. Selain itu, perlu pula adanya jaminan pembukaan industri pengolahan lidah buaya di dalam negeri (lebih tepat lagi di Kota Pontianak) untuk meningkatkan nilai komoditi tersebut.

[baca selengkapnya…]

Read Full Post »

PERMINTAAN

Komoditi lidah buaya baru disadari nilai ekonomiknya belakangan ini, bahkan oleh instansi pemerintah terkait sekali pun. Karena itu, tidak ada dokumen resmi tentang besaran permintaannya di Dinas Pertanian Tingkat Provinsi, Dinas Urusan Pangan Kota Pontianak, dan Biro Pusat Statistik Kota Pontianak. Sehubungan dengan hal ini, lidah buaya belum tercatat sebagai komoditi ekspor penghasil devisa yang terukur kontribusinya bagi pendapatan pemerintah daerah oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pontianak. Demikian juga, nilai pajak yang dikenakan pada penjualan komoditi tersebut tidak dapat diketahui. Pengakuan para petani pun sejalan dengan hal tersebut, mereka tidak pernah dikenai pajak penjualan untuk produk daun lidah buayanya yang dijual kepada pengumpul.

Secara kuatitatif, hasil survei menunjukkan bahwa daun lidah buaya dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk obat atau manuman segar. Perdagangan antarpulau terjadi ke Jakarta dan ke Surabaya; perdagangan ekspor berlangsung ke Malaysia dan Singapura melalui Kuching dan pengiriman langsung ke Hongkong. Menurut masyarakat setempat, pengusaha asing yang pernah datang ke Pontianak dan menunjukkan minatnya untuk membeli produk lidah buaya berupa daun segar berasal dari Amerika Serikat, Korea, dan Malaysia. Pengusaha Kuching lebih berminat membeli produk segar daun lidah buaya daripada membuka pabriknya di Pontianak. Saat ini diketahui bahwa, menurut petani, seorang pengusaha Korea telah membeli (via penduduk setempat) lahan untuk memproduksi lidah buaya, bahkan ingin memperluasnya, tetapi tidak didukung oleh petani setempat (kasus di Jalan Kebangkitan Nasional, Siantan Utara).

[info seterusnya…]

Read Full Post »

BUDIDAYA LIDAH BUAYA

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lidah buaya (Aloe vera (L.) Webb.) merupakan tanaman yang telah lama dikenal di Indonesia karena kegunaannya sebagai tanaman obat untuk aneka penyakit. Belakangan tanaman ini menjadi semakin popular karena manfaatnya yang semakin luas diketahui yakni sebagai sumber penghasil bahan baku untuk aneka produk dari industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Pada saat ini, berbagai produk lidah buaya dapat kita jumpai di kedai, toko, apotek, restoran, pasar swalayan, dan internet yang kesemuanya mengisyaratkan terbukanya peluang ekonomi dari komoditi tersebut bagi perbaikan ekonomi nasional yang terpuruk dewasa ini.

Tanaman lidah buaya meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia ternyata dapat tumbuh baik di negara kita, bahkan di Propinsi Kalimantan Barat, khususnya di Kota Pontianak, tanaman ini beradaptasi jauh lebih baik daripada di tempat-tempat lainnya. Hal ini diakui oleh pakar lidah buaya mancanegara yang karenanya juga turut menyayangkan bilamana keunggulan komparatif yang dimiliki oleh tanaman ini tidak dimanfaatkan oleh Indonesia. Kepentingan pasar global, setidaknya regional, terhadap lidah buaya Indonesia perlu ditindaklanjuti dengan berbagai program yang mendukung pengembangan komoditi ini dari mulai pembudidayaannya di lahan petani, pengolahan hasilnya menjadi berbagai produk agroindustri, dan pemasaran produk-produk tersebut baik secara domestik maupun global. Tulisan ini akan menyajikan informasi berdasarkan hasil studi lapang yang mencakup aspek-aspek teknik produksi, pemasaran, keuangan, dan ekonomi-sosial yang terkait dengan pengembangan lidah buaya tersebut.

Tujuan

Penyusunan lending model ini bertujuan sebagai berikut:

  1. Menyediakan rujukan bagi perbankan dalam rangka mendorong realisasi Kredit Usaha Kecil, khususnya bagi pengembangan komoditi lidah buaya yang dinilai berpotensi tinggi;
  2. Menyediakan informasi dan pengetahuan untuk mengembangkan usaha kecil komoditi lidah buaya terutama dalam aspek-aspek keuangan, produksi, dan pemasarannya.

Ruang Lingkup

Penyusunan lending model ini memerlukan studi mengenai pola pembiayaannya yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut:

{info selanjutnya}

Read Full Post »