Minyak yang berasal dari tanaman jarak (Ricinus communis L) hingga saat ini masih banyak dibutuhkan untuk industri. Jenis komoditas ini bisa dikembangkan di lahan kering dan potensinya cukup besar di Indonesia.
Minyak yang berasal dari tanaman jarak (Ricinus communis L) hingga saat ini masih banyak dibutuhkan untuk industri. Jenis komoditas ini bisa dikembangkan di lahan kering dan potensinya cukup besar di Indonesia. Namun, masih sedikit usaha tani untuk komoditas ini. Sebenarnya, tanaman ini memiliki manfaat ekonomi dan ekologi untuk lahan yang dibiarkan menganggur.
Hasil utama tanaman jarak adalah buah yang terdiri atas 20 persen bahan serabut (kulit buah) dan 80 persen yang mengandung minyak sekitar 47 persen dengan sifat tidak mudah mengering. Pada awalnya, minyak jarak dipergunakan untuk minyak lampu penerangan, obat-obatan antara lain cuci perut, minyak gosok apabila terkilir, dan bahan kosmetik. Sedangkan ampasnya (residunya) dipergunakan sebagai pupuk.
Akhir-akhir ini, penggunaan minyak biji jarak makin berkembang terutama dalam bidang industri, antara lain untuk industri cat, bahan pelapis, vernis. Kemudian industri polimer berupa resin, plastik, kulit sintetis, industri tekstil seperti serat sintetis berupa jala penangkap ikan, tali pancang, kemudian industri logam berupa metal working oil.
Selain itu, digunakan untuk industri elektronika, bahan baku isolasi listrik, industri kertas dan percetakan berupa duplicating paper, tinta cetak. Juga untuk industri karet sebagai bahan pembantu pada pemrosesan karet alam, industri otomotif berupa minyak pelumas sintetis, minyak rem. Minyak jarak juga bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar roket. Sedangkan ampasnya kecuali untuk pupuk organik, juga dipakai sebagai campuran media jamur merang (campignon).
Menurut informasi dari Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat (Balittas) di Malang (telepon 034-491447), tanaman jarak dapat tumbuh pada ketinggian hingga 800 meter dari permukaan air laut (dpl), bahkan di daerah ekuator dapat tumbuh hingga 2.750 meter dpl.
Suhu optimum 20-26 derajat Celcius dengan kelembaban rendah. Suhu rendah akan menghambat perkecambahan dan pertumbuhan awal, sebaliknya pada saat penyerbukan tidak menghendaki suhu tinggi.
Tanaman ini toleran terhadap kondisi kering sehingga tanaman ini tersebar pada areal bercurah hujan rendah (300-700 mm/tahun), bahkan jenis jarak genjah dari hasil seleksi hanya memerlukan curah hujan 60-100 mm pada saat tanam sampai dua bulan berikutnya. Tanaman jarak akan mampu tumbuh berkembang dan berproduksi, asal tiga bulan pertama cukup air dan jarak tanam longgar.
Menurut Balittas, pada kondisi lingkungan yang semakin kering sebaiknya dibudidayakan jarak varietas yang berumur lebih dalam (panjang). Untuk wilayah kering yang berpenduduk jarang dianjurkan membudidayakan varietas tengahan atau dalam.
Kelebihan jenis ini mampu berkembang dan berproduksi sepanjang musim kemarau, asal tiga bulan pertama cukup air dan jarak tanam longgar. Sebaliknya untuk jenis genjah akan mati setelah berbuah dan menghasilkan biomassa sedikit sehingga sesuai untuk diusahakan secara intensif.
Jarak ditanam langsung melalui benih tanpa disemaikan lebih dahulu. Benih berasal dari blok pertanaman yang seragam, berdaya hasil tinggi, dan berkadar minyak lebih dari 47 persen serta memiliki daya kecambah minimal 80 persen.
Sedangkan tanah perlu diolah sampai gembur, sebaiknya sampai kedalaman 30 cm. Saluran pembuangan (drainase) perlu diupayakan agar lahan pada musim penghujan tidak tergenang.
Jarak tanam yang dianjurkan adalah 0,50 m x 1,00 m untuk jenis genjah, 2 m x 2 m untuk jenis dalam. Benih ditanam dengan cara ditugal sedalam 3 cm dan tiap lubang diisi 2-3 butir. Penjarangan dilakukan pada 20 hari setelah tanam dengan menyisakan satu tanaman per lubang. Waktu tanam diperhitungkan tiga bulan sebelum bulan kering.
Tanaman jarak mulai rimbun pada umur tiga bulan, yaitu setelah mulai bercabang. Percabangan terbentuk bila tanaman telah berbuah sehingga pada saat tiga bulan pertama, tanaman jarak tidak mengganggu apabila ditumpangsarikan dengan palawija yang berumur pendek seperti kedelai, kacang hijau, atau kacang tanah. Untuk jenis tengahan atau dalam, sebaiknya ditumpangsarikan dengan palawija sehingga jarak dapat memanfaatkan lahan pada musim kemarau yang pada saat tersebut tanaman lain tidak mampu berproduksi. Idealnya umur palawija yang ditumpangsarikan tidak lebih dari tiga bulan.
Perlu juga diperhatikan soal hama dan penyakit karena tanaman jarak sangat disenangi ulat walaupun tidak setiap tahun menyerang secara serius. Hama di dalam tanah dapat dikendalikan dengan pemberian Fura dan 3 G atau sejenisnya sebanyak 5 gram/lubang tanam bersamaan dengan tanam. Hama yang sering merugikan adalah Achaea janata yang menyerang daun dan pucuk tanaman.
Saat panen yang tepat dilakukan apabila buah sudah mulai mengering.
situshijau.co.id, 10 November 2003
Read Full Post »