Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Desember, 2008

Potensi Lahan

Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Kering (LKDRIK) di Indonesia tersedia + 6 juta ha. Tersebar di Bali dan NTT seluas 2.616.895 ha, Sumatera 470.801 ha, Jawa 962.720 ha, Sulawesi 1.810.930 ha, Maluku dan Papua 582.815 ha. (Departemen Pertanian, 22/02/2006)

Kekurangan Biodiesel dari Jarak

  1. Produktivitas paling optimis 5 ton/ha/tahun. Diketahui 1 liter biodiesel membutuhkan 3-4 kg biji jarak kering. Bila harga biodiesel harus lebih rendah daripada minyak diesel (petrol-based), Rp 4300/liter, maka harga maksimum biji jarak adalah Rp 1000/kg. Atau harga per kg biji kering jarak pagar sekitar Rp 500 – Rp 800 (Basuki, 13/09/2006). Jadi potensi pendapatan maksimum adalah Rp 5jt/ha/tahun, dimana biaya bibit (Rp 3.5jt/ha), pupuk, tenaga kerja, biaya lahan, pun proses biodiesel, belum diperhitungkan (Kompas, 18/02/2006). Total biaya pengolahan (esterifikasi dsb) + total biaya produksi untuk menghasilkan minyak biodiesel per liternya adalah Rp 3500, karena dalam proses pengolahan minyak jarak menjadi minyak biodiesel diperlukan bahan baku lain misalnya Etanol dan Caustic Soda (NaOH) sebagai bagian dari proses esterifika (Basuki, 13/09/2006).
  2. Belum ada bukti cukup keberhasilan monokultur jarak dalam luasan yang besar
  3. Pengadaan bibit unggul jarak belum menunjukkan hasil yang memadai (agrobisnis besar memerlukan bibit unggul dalam jumlah besar)
  4. Pada tingkat potensi produksi yang tinggi, penghasilan dari minyak jarak sangat tidak bersaing (bila anda memiliki berhektar-hektar lahan, apakah anda akan mengejar penghasilan Rp 5jt/tahun/hektar?)
  5. Permainan jarak adalah permainan sampingan, dan inilah ekonomi gerilya (ekonomi kerakyatan) (lebih…)

Read Full Post »

Tanaman jarak memiliki prospek masa depan yang menjanjikan sebagai bahan bakar alternatif untuk menggantikan minyak bumi.

Rabu, 21 Mei 2008 | 22:20 WIB

DENPASAR, RABU- Masyarakat Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali mempertanyakan keberlanjutan proyek penanaman jarak untuk biofuel. Alasannya, semenjak pelaksanaan proyek tahun 2007 hingga sekarang masyarakat belum pernah lagi mendapatkan penjelasan soal pemasaran buah jarak. Mereka masih sebatas menanam dan memelihara tanaman jarak yang jumlahnya ribuan pohon.

Nyoman Pidada, warga Desa Klumpu, Nusa Penida, Rabu (21/5), mengungkapkan, pohon jarak yang ditanam di kebunnya seluas dua hektar sudah berbuah awal tahun lalu. Namun, dia kebingungan untuk menjualnya, karena sama sekali tidak ada pembelinya. Sementara Camat Nusa Penida Wayan Sumarta berharap program penanaman jarak tidak berhenti tanpa ada keberlanjutan. Sebab, dia khawatir apabila tanpa didukung pemasaran yang memadai, program ini dapat dihentikan dengan sendirinya oleh warga setempat.

“Masyarakat menyambut baik jika penanaman jarak ini diperluas kedepannya, asal ada sistem pemasaran yang memadai. Jika tidak ada, untuk apa program ini dilanjutkan,” kata Sumarta.
AYS,BEN

dari : kompas.com

Read Full Post »

A. Habitat Hidup Alga
Alga adalah salah satu organisme yang dapat tumbuh pada rentang kondisi yang luas di permukaan bumi. Alga biasanya ditemukan pada tempat-tempat yang lembab atau benda-benda yang sering terkena air dan banyak hidup pada lingkungan berair di permukaan bumi. Alga dapat hidup hampir di semua tempat yang memiliki cukup sinar matahari, air dan karbon-dioksida.

B. Potensi Alga Menghasilkan Biodiesel
Secara teoritis, produksi biodiesel dari alga dapat menjadi solusi yang realistik untuk mengganti solar. Hal ini karena tidak ada feedstock lain yang cukup memiliki banyak minyak sehingga mampu digunakan untuk memproduksi minyak dalam volume yang besar.

Tumbuhan seperti kelapa sawit dan kacang-kacangan membutuhkan lahan yang sangat luas untuk dapat menghasilkan minyak supaya dapat mengganti kebutuhan solar dalam suatu negara. Hal ini tidak realistik dan akan mengalami kendala apabila diimplementasikan pada negara dengan luas wilayah yang kecil.
Berdasarkan perhitungan, pengolahan alga pada lahan seluas 10 juta acre (1 acre = 0.4646 ha) mampu menghasilkan biodiesel yang akan dapat mengganti seluruh kebutuhan solar di Amerika Serikat (Oilgae.com, 26/12/2006). Luas lahan ini hanya 1% dari total lahan yang sekarang digunakan untuk lahan pertanian dan padang rumput (sekitar 1 milliar acre). Diperkirakan alga mampu menghasilkan minyak 200 kali lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan penghasil minyak (kelapa sawit, jarak pagar, dll) pada kondisi terbaiknya. (lebih…)

Read Full Post »

Diversifikasi Sumber Biofuel

Menerawang ke depan perkembangan penggunaan biofuel di dunia ini akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan ancaman pemanasan global yang sumber utamanya diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Selama 15 tahun terakhir pemanasan global telah meningkatkan suhu dan menyebabkan turunnya permukaan salju kutub utara dan es terapung di Laut Artik sehingga permukaan air laut mengalami kenaikan 14-20 cm selama satu abad terakhir.

global-warming.jpg

Tren pengembangan biofuel ini telah terlihat di Amerika Serikat, negara konsumen utama BBM di dunia ini kini telah memulai meningkatkan produksi etanol dari 6.464,2 miliar liter pertahun menjadi 17.029,32 miliar liter pertahun. Perkembangan ini diikuti oleh beberapa negara maju di dunia baik dari belahan Eropa (Perancis, Poladia, Jerman, Itali, dan Spanyol) maupun Asia ( China). (lebih…)

Read Full Post »

Waduk Prijetan di Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Kamis (7/8), tampak kering kerontang dan tanah di dasar waduk merekah. Waduk berkapasitas normal sekitar 9 juta meter kubik itu biasa digunakan untuk mengairi ribuan hektar sawah di sekitarnya. Saat ini, sejumlah petani memanfaatkan lahan di dalam waduk untuk ditanami palawija.

Minggu, 30 November 2008 | 15:54 WIB

Laporan wartawan Kompas Imam Prihadiyoko

CEPU, MINGGU – Menteri Kehutanan MS Kaban mengingatkan kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia memang memprihatinkan. Di Pulau Jawa, luas daratan dibanding hutan tinggal 19 persen saja.

“Padahal, idealnya luas minimal luas kawasan hutan itu 30 persen. Angka 19 persen ini, kalau tidak digenjot dengan usaha menanam, maka kekeringan dan kebanjiranlah yang didapat,” ujarnya dihadapan massa pengajian Majelis Tafsir Al Quran di Cepu, Minggu (30/11).

“Kerusakan waduk, bukan hanya di Gajah Mungkur yang mengalami pendangkalan sebagai akibat menumpuknya lumpur. Bayangkan, waduk yang harusnya bertahan 100 tahun, sekarang sudah ada pendangkalan yang cukup parah,” ujarnya.

Pendangkalan ini, menurut Kaban, juga disebabkan oleh area tangkapan airnya hilang. Hilangnya karena penjarahan, dan tidak ada penanaman kembali. “Itu sebabnya, saya sering mengajak berbagai pihak untuk menanam, dan terus menanam agar hutan kita banyak lagi,” ujarnya.
Imam Prihadiyoko

dari : kompas.com

Read Full Post »

Oleh: R.Wisnu Ali Martono (Divisi Riset, Masyarakat Akuntansi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Indonesia – MASLI)

Abstrak:

Guna mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran, serta untuk mengurangi tekanan permintaan bahan bakar minyak, pemerintah mengeluarkan Keppres no 10 tahun 2006. Keppres ini menetapkan pembentukan Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati Untuk Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran (kemudian dikenal sebagai Timnas BBN). Dengan argumentasinya, Timnas BBN menetapkan tanaman jarakpagar (Jatropha Curcass L) sebagai wahana paling tepat untuk mencapai tujuan Keppres no 10/2006, yaitu mengentaskan kemiskinan. Makalah ini mengupas masalah yang akan dihadapi Keppres no 10/2006 dalam mencapai tujuannya, terutama dari sisi keekonomian. Makalah menemukan bahwa Keppres mempunyai tujuan yang saling bertentangan, yaitu pengentasan kemiskinan dan produksi BBN (terjangkau), yang seyogyanya dipisahkan.

Katakunci:
Keppres no 10/2006, jatropha curcass L, Keekonomian

PENDAHULUAN

Menurut laporan Departemen Energi AS (DOE) [1] yang diterbitkan Oktober 2005, sejak tahun 2004 Indonesia sebenarnya sudah menjadi net-importer minyak bumi. Grafik 1.1. berikut menggambarkan keadaan ini. Ada dua sisi penting yang menyebabkan terjadinya situasi net-importer ini, yaitu sisi demand dan supply.

Grafik 1.1. Produksi dan Konsumsi Minyak Indonesia

prodkons_minyak_indo.jpg

(lebih…)

Read Full Post »

algae.PNGBaru baru ini PetroSun mengumumkan bahwa Rio Hondo – sebuah lahan alga di Texas siap memproduksi alga. Ini adalah fasilitas pertama yang dimiliki PetroSun yang akan menyediakan bahan baku alga untuk memproduksi biofuel. Lahan tersebut berupa kolam air garam seluas 1.100 hektar, dan menurut PetroSun lahan ini akan mampu memproduksi sekitar 110 juta pound biomassa alga dan sekitar 4,4 juta gallon minyak alga per tahun.

Gordon LeBlanc Jr., CEO dari PetroSun mengatakan bahwa model bisnis sekarang yang menjadi kebijakan perusahaan tersebut adalah mendemonstrasikan kelayakan teknology biofuel dari alga kepada pasar. Apabila lahan alga ini berhasil, mereka juga berencana untuk mengembangkannya di Gulf Coast.

Mikroalga saat ini memiliki potensial besar untuk menjadi bahan baku untuk menghasilkan biodiesel dan ethanol, sebab mikroalga tidak mengganggu sumber daya air bersih dan tidak menjadi bahan pangan bagi manusia.

dari : kamase.org

Read Full Post »

CO2 Dari Masa ke Masa

Berbicara mengenai pemanasan global tidak akan lepas dari naiknya konsentrasi CO2 di atmosfer bumi. CO2 berperan sangat penting dalam efek rumah kaca yang disebut-sebut sebagai penyebab utama pemanasan global.

CO2 sendiri pada dasarnya adalah produk alami dari suatu reaksi pembakaran. Tidak dapat dipungkiri, pembakaran bahan bakar fosil menjadi sumber utama penghasil emisi CO2 di bumi.

(lebih…)

Read Full Post »

Suku terasing yang belum melakukan kontak dengan duni luar terlihat pada Mei 2008 di pedalaman hutan Amazon.

Minggu, 30 November 2008 | 13:40 WIB

SAO PAULO, MINGGU – Laju kerusakan hutan hujan Amazon di Brasil mengalami kenaikan selama setahun terakhir setelah sebelumnya sempat melambat sejak 2004. Demikian dikatakan Menteri Lingkungan Hidup Brasil Carlos Minc pada Jumat (28/11).

Lembaga Riset Ruang Angkasa Nasional Brasil mengumumkan, gambar satelit yang menunjukkan kerusakan lahan hutan sekitar 12.000 kilometer persegi. Penggundulan hutan itu terjadi sejak Agustus 2007 hingga Juli 2008. Kawasan hutan gundul tersebut luasnya hampir dua kali negara bagian Delaware, AS, atau seperempat Swiss.

Sekitar 3,8 persen lebih lahan mengalami kerusakan dari kawasan seluas 11.500 kilometer persegi, telah dirusak selama 12 bulan sebelumnya.

Menurut kantor berita Brasil, Minc, kerusakan hutan tersebut telah dapat diatasi dengan menanami lahan 14.000 kilometer persegi. “Namun, upaya untuk menstabilkan kerusakan hutan tak cukup, saya ingin penggundulan hutan itu hingga di angka nol,” ujarnya.

Kerusakan hutan mulai diangkat menjadi isu sejak akhir 2007 dan awal 2008 seiring dengan meningkatnya harga komoditas. Para pengamat lingkungan mengatakan meningkatnya permintaan produk pangan, khususnya kedelai dan daging, mendorong para petani untuk mengolah dan membuka lahan dari kawasan hutan hujan.

Koordinator World Wildlife Fund (WWF) Carlos Alberto Scaramuzza mengatakan pada kantor berita Brasil bahwa kerusakan hutan yang dilaporkan terkini sebagai “kejutan positif”. Dia sepakat dengan Carlos Minc bahwa memang ada strategi stabilisasi atau penyehatan lahan hutan untuk kerusakan tersebut.

Berbeda dengan Direktur Kampanye Amazon dari Greenpeace, Paulo Adario, bahwa kenaikan laju kerusakan hutan tersebut menggambarkan suatu kemunduran karena mereka melihat terjadi tren penurunan laju kerusakan hutan dalam tiga tahun terakhir.
MYS
Sumber : AP

dari : kompas.com

Read Full Post »